Pesan Berjalan

MTs. Nurul Qur'an Pagutan Maju terus dan Berkembang. Kebiasaan adalah watak yang kedua..... Kuasai pikiranmu, kamu akan dapat melakukan apapun yang kamu inginkan dengan pikiran tersebut... Anda dapat mengubah siapa Anda, dengan mengubah apa yang masuk dalam pikiran Anda.... Jauh di dalam diri manusia, berdiamlah kekuatan yang sedang tidur, kekuatan yang akan mempesona yang tidak pernah diimpikan, Kekuatan yang akan merevolusi kehidupannya jika dibangkitkan dan diwujudkan dalam tindakan....

Kamis, 11 Januari 2018

TGH. Abhar Muhyiddin

TGH. Abhar Muhyiddin adalah Salah satu Ulama kharismatik  di Lombok, Beliau lahir pada tanggal 31 Desember 1926 di Pagutan. Beliau adalah putra TGH. Muhyiddin, cucu TGH. Abdul Hamid salah seorang tuan guru yang berjasa besar dalam pengembangan Islam di kawasan Pagutan dan sekitarnya pada abad ke-19. Oleh Masyarakat Pagutan nama TGH Abdul Hamid terpatri menjadi nama Masjid Pusaka dengan nama Masjid Al Hamidy.

TGH. Abhar memulai riwayat pendidikannya Sekolah Rakyat (SR) di Pagutan, dan mengantarkannya sebagai generasi terdidik. Tamat dari SR,Beliau melanjutkan ke Darul Ulum Ampenan, sebuah Madrasah setingkat MA yang cukup disegani kala itu karena intensitasnya dalam mengkader anak-anak muda. Di Darul Ulum, Abhar Muda menimba ilmu selama 12 tahun dibawah asuhan guru besar Sayyid Abdurrahman Assegaf (Bandung) lulusan Universitas Al-Azhar Kairo.

Selesai di Ampenan, beliau ingin mendalami ilmu agama lebih jauh. Bersama dengan TGH. Saleh Hambali Bengkel, keduanya berangkat ke Jombang untuk berguru kepada KH. Musta’in Romli dalam bidang tasawuf, yaitu dengan menekuni tarekat Qadiriyah.
Sekembalinya dari Jombang, TGH Abhar aktif dalam dakwah di Pagutan dan daerah lainnya dipulau Lombok.

Beberapa tahun kemudian,Beliau kembali ke Jombang untuk mendalami lebih lanjut seluk beluk tarekat, lebih-lebih tarekat Naqsyabandiyah. Dengan mempelajari kedua ilmu ini, sekaligus Beliau mendalami jenis ketiga yang merupakan penggabungan dua aliran ini, yaitu Thariqat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Dengan bekal ijazah dari KH. Musta’in Romli, beliau semakin terdorong untuk mengembangkannya di Lombok. 

Selain mengembangkan masyarakat melalui model tabligh, TGH. Abhar juga tertarik untuk mengajarkan tarekat sebagaimana yang sudah dipelajarinya.Beliau mempunyai silsilah yang jelas, bahkan lebih dari satu. Dari dokumen yang ada, ada tiga silsilah yang beliau miliki. Untuk lebih jelasnya, berikut disebut salah satu silsilah yang hingga kini dipegang kuat dan disampaikan kepada jama’ahnya. 

Silsilahnya adalah sebagai berikut; KH. Muhammad Mustain, Syaikh Usman Ishaq, Syaikh Muhammad Ramli, Syaikh Muhammad Khalil, Syaikh Muhammad Habibullah, Syaikh Abdul Karim Banten, Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Syaikh Syamsuddin, Syaikh Farah, Syaikh Abdul Fattah, Syaikh Kamaluddin, Syaikh Usman, Syaikh Abdurrahim, Syaikh Abu Bakr, Syaikh Yahya, Syaikh Waliuddin, Syaikh Nuruddin, Syaikh Zainuddin, Syaikh Syarafuddin, Syaikh Hisamuddin, Syaikh Syamsuddin, Syaikh Muhammad al-Hattak, Syaikh Abdul Aziz, Sayyidul Asfiya’ wa Qutb al-Auliya’ Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Syaikh Sa’id al Mubarak, Syaikh Ibn al-Hasan, Syaikh Ibn al-Faraj, Syaikh Abdul Wahid, Syaikh Abu Bakr, Syaikh Abul Qasim Juneid al-Baghdadi, Syaikh Sirri as-Saqathi, Sayyiduna Samar al-Kazumi, Syaikh Ibnul Ja’far Ali bin Fawas, Syaikh Fawas al-Katimi, Syaikh Ja’far al-Shadiq, Syaikh Muhammad Baqi, Syaikh Zainul Abidin, Sayyiduna Syaikh Hasan, Sayyiduna Ali, Sayyid al-Wujuh Muhammad SAW. 

Ritual ibadah dari Thariqat ini adalah memperbanyak zikir kepada Allah SWT, zikir disini ada dua macam sesuai dengan nama pencetusnya. Thariqat Qodiriyah menggunakan metode zikir jahar atau keras, maksudnya dengan melafalkan kalimat la ilaha illa Allah dengan suara lantang dan nyaring. Sedangkan Thariqat Naqsabandiyah menggunakan metode zikir sir atau pelan, maksudnya lafadz zikir dibunyikan dalam hati. 

Sesuai dokumen yang ada sampai saat ini tercatat lebih dari 100 ribu jamaah yang telah mengambil baiat thariqat Qodiriyah wa naqsabandiyah, baik yang mengambil baiat pada beliau (TGH Abhar Muhyiddin) maupun maupun pada TGH Mustiadi Abhar Putra beliau yang menggatikannya sebagai Mursid setelah beliau meninggal dunia. Selain aktif berdakwah melalui pengajaran ilmu tasawuf (thariqat), TGH Abhar juga aktif mengajarkan ilmu Syariah dengan membangun Pondok Pesantren Darul Falah Pagutan, mulai merintis Pondok Pesantren tersebut sejak sekembalinya menunaikan ibadah Haji tahun 1950 dengan mengadakan pengajian diserambi rumah yang hanya berukuran 6 X 3 M, dan oleh beliau pengajian tersebut diberi nama Darul Falah. 

Pada awal berdirinya Darul Falah Hanya memiliki 35 orang santri yang berasal dari Lombok Barat, Lombok Tengah dan Lombok Timur, namu demikian semangat santri untuk belajar sangat tinggi, siang malam santri belajar dengan tekun tampa pernah mengenal libur kecuali hari-hari besar Islam dan Libur Nasional. 

Karena Ponpes Darul Falah didirikan dengan niat lillahita’ala (semata-mata karena Allah) maka lambat laun seiring berjalannya waktu Darul Falah mulai menampakkan kemajuannya, terbukti dengan semakin banyaknya santri yang menimba ilmu disana, pada tahun 1968 santri Darul Falah berjumlah 200 orang. 

Keberadaan Ponpes Darul Falah kemudian dikukuhkan dengan Akta Notaris bernomer 35 oleh Notaris Abdurrahim, SH pada tanggal 24 Nopember 1968. Pada tanggal 1 Syawal 1413 H / 23 Maret 1993 M TGH Abhar Muhyiddin dipanggil oleh Allah untuk menghadapNya, beliau wafat karena sakit yang dideritanya saat berumur 67 tahun.. 

Karya-karyanya 

Sebagai seorang Ulama TGH Ahar Muhyiddin banyak meninggalkan Karya-karya berupa kitab-kitab diberbagai bidang ilmu.Beliauntara karyanya satu sudah diterbitkan, sedangkan lainnya masih dalam bentuk manuskrip (tertulis tangan). Yaitu: 
  1. Najm al-Hudâ, berisi tentang ajaran tauhid yang disadur dari berbagai sumber kitab-kitab kalangan Asy’ariyah. Kitab ini dicetak oleh penerbit “Taufiq” Surabaya. Yang cukup khas adalah bahasanya, dimana penulis menggunakan bahasa Sasak. Kitab ini mudah dibaca dan ditelaah karena berbentuk nazam (kalimat yang berbentuk timbangan bait syair) semua berjumlah 169 bait. Yang dibahas dalam kitab ini adalah pokok-pokok aqidah ahlussunnah wal jamaah antara lain sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah, nama-nama Malaikat yang wajib diketahui, nama para Rasul yang wajib diketahui, dan masalah aqidah dalam koridor paham Ahli sunnah lainnya. 
  2.  Al-Misbâh al-Munawwarah, berisi penjelsan seputar masalah tasawuf dan ajaran-ajaran tarekat khususnya tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Naskah ini masih bertuliskan tangan, terdiri dari 32 bagian ditambah beberapa lampiran. Isinya antara lain pengantar tentang tarekat, zikir, lathifah ruh, lathifah sirr, lathifah khafi, lathifah akhfa, lathifah nafs, lathifah qalb, ma’rifat, kasyf, nafy-istbat, hakekat, dan lainnya, khususnya yang berkaitan dengan doktrin dan ritual dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah. Kitab yang belum tercetak ini tebalnya mencapai 60 halaman.   
  3. Al-Ru’yâ al-Haqqiyyah, suatu karya yang menjelaskan jenis-jenis mimpi yang dapat diketagorikan benar atau dapat dipertanggungjawabkan.  
  4. Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-Nahwiyyah, merupakan ringkasan materi dalam bidang Nahwu. 
  5. Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-Sharfiyyah, merupakan ringkasan materi dalam bidang sharf. 
  6. Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-Fiqhiyyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang hukum Islam. 
  7. Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-Ushûliyyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang ushulfiqih. 
  8. Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-‘Arûdliyyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang ‘arudl. 
  9. Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-Mantiqiyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang logika. 
  10. Tsamrah al-Fikriyah fî Mubâhats al-Tafsîriyyah, menjelaskan pokok-pokok ilmu dalam bidang tafsir. 
Murid-muridnya 

Selain putra beliau TGH M. Mustiadi Abhar yang menggatikannya sebagai Mursid Thariqat Qadiriyah wa naqsabandiyah dan Pimpinan Pondok Pesantren Darul Falah, ada banyak tuan guru hasil didikannya yang berhasil membangun Pondok pesantren cabang dan memberikan pengajian-pengajian yang tersebar diberbagai tempat, antara lain : 
  1. TGH Badrul Ihsan (Pagutan) 
  2. TGH Abdul Muin, Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Iman Pagutan 
  3. TGH M. Zohdi Sanusi, Pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Muttaqin Pagutan 
  4. TGH Ikbal Muhyiddin Abhar, Putra Beliau 
  5. TGH Misbahul Munir (almarhum), Pagutan 
  6. TGH Mahmud (almarhum) Pendiri Pondok Pesantren Darul Hikmah Karang Genteng 
  7. TGH Ulul Azmi, Pengasuh Pondok Pesantren Abhariyah Jereneng 
  8. TGH Ahmad Khairil Abror, Pengasuh Pondok Pesantren Darunnajah Telage Waru 
  9. TGH Anwar MZ, Pengasuh pondok Pesantren Darun Najah Duman Lingsar 
  10. TGH Abdul Manan (Almarhum), Tembelok 
  11. TGH Sirojul Munir (Almarhum) Bajur  
  12. TGH Fawaid Hariri (Almarhum), Selagalas Mataram 
  13. TGH Ahmad Madani, Pengasuh Pondok Al Madaniyah Jempong 
  14. TGH Mahyudin, Dasan ketujur Gerung 
  15. TGH Muzhar Bukhari, Pengasuh Pondok Pesantren Darun Nadwah dasan Ketujur Gerung 
  16. TGH Munir, Kekeri Gunung Sari 
  17. TGH Abdul Halim, Aikmel Lotim 
  18. TGH Hasan Basri, Pringgerata, Loteng 
  19. TGH Zaini Azhari, Trong Tawah Labuapi 
  20. TGH Muhajirin, Dasan Ketujur Gerung 
  21. TGH Zaenal Arifin, S.Ag ( Pengasuh Pondok Pesantren Syamsul Falah Jerneng ) 
  22. TGH Fathurrahman, Parampuan Labuapi, dan lainnya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar