Suatu ketika ada seorang ulama khawas yang menyampaikan hal itu kepada KH Hasyim Muzadi, tentang karamah Gus Dur itu. Walaupun Hasyim Muzadi telah menemani Gus Dur lebih dari 20 tahun yang lalu, sejak tahun 1979 saat Muktamar NU di Semarang, ikhwal kealian Gus Dur itu baru diuangkapkan saat ini.
Menurut aulliya tersebut, bahwa surga itu memiliki berbagai macam pintu, antara lain pintunya orang alim, pintu orang sabar, pintu para syuhada, pintu para muttaqin dan lain sebagainya. Selain itu ada pula pintu orang yang memiliki itikad dan niat baik tetapi walaupun selalu disalahpami orang dan dicaci-maki orang, namun tetap dijalankan dengan segala risiko.
Gus Dur memiliki keunggulan itu. Pertama ia merupakan orang sabar dalam proses pembinaan masyarakat, sehingga seolah Gus Dur menjadi orang yang cuek terhadap kritik orang dan kedua juga tidak mundur ketika dicacimaki karena gagasannya yang dianggap kontroversial. Singkatnya, menurut wali tersebut, Gus Dur dua pintu surga, yakni pintunya orang yang sabar dan pintunya seorang ‘pionir’ yang sering disalahpahami orang. Maka tidak aneh kalau masyarakat mengerubungi Gus Dur saat meninggal melebihi ulama mana pun saat ini.
Sebagai orang memiliki kegigihan dan ketulusan dalam hidupnya Gus Dur memang layak mendapatkan dua pintu surga itu. “Sementara kita mendapat jendelanya surga saja belum tentu,” celetuk Hasyim Muzadi kepada ulama khowas tadi. Karena itu semangat juang dan pengabdian Gus Dur itu yang perlu kita teladani, sehingga hidupnya menjadi payung siapapun, bermanfaat pada siapapun.
Abdul Mun’im DZ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar